A. Pengertian Media
Secara
etimologi, kata “media” merupakan bentuk jamak dari “medium”, yang berasal dan
Bahasa Latin “medius” yang berarti tengah. Sedangkan dalam Bahasa Indonesia,
kata “medium” dapat diartikan sebagai “antara” atau “sedang” sehingga pengertian
media dapat mengarah pada sesuatu yang mengantar atau meneruskan informasi
(pesan) antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan. Media dapat diartikan
sebagai suatu bentuk dan saluran yang dapat digunakan dalam suatu proses penyajian
informasi
B. Pengertian Media dalam perspektif BK
Pengertian Media dalam perspektif BK adalah sebagai sarana
yang digunakan untuk membantu dan mempermudah proses dalam layanan Bimbingan dan
Konseling. Dr. Siti Sutarmi Fadhillah (http://himcyoo.wordpress.com/2011/09/20/media-layanan-bk/) mengemukakan bahwa :
Media layanan BK adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
menyalurkan pesan atau informasi dari pembimbing kepada klien atau individu
yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat sehingga individu
akan mengalami perubahan perilaku, sikap dan perbuatan ke arah yang lebih baik.
C. Bentuk-bentuk Media yang digunakan
dalam layanan BK
Bentuk-bentuk media yang digunakan dalam layanan BK menurut
Dr. Siti Sutarmi Fadhillah (http://himcyoo.wordpress.com/2011/09/20/media-layanan-bk/) adalah :
·
Media
grafis, jenisnya
adalah:
1. Gambar/foto
2. Sketsa
3. Diagram
4. (chart)
5. Grafik (graphs)
6. Kartun
7. Poster
8. dan globe
9. Papan flannel (Flannel
Board)
10. Papan buletin (Buletin
Board)
·
Media
audio, yaitu
yang berkaitan dengan indera pendengaran. Jenisnya:
1. Radio
2. perekam pita magnetic
3. Laboratorium bimbingan dan konselin
·
Media
Proyeksi Diam
Media proyeksi diam (still
proyected medium) mempunyai persamaan dengan media grafis dalam
menyajikan rangsangan-rangsangan visual. Media jenis ini disertai rekaman
radio, tapi ada pula yang hanya visual.
Ø Jenis-jenis media proyektif, antara
lain:
1. Film bingkai
2. Film rangkai
3. Media transparasi
4. Proyektor Tak Tembus Pandang (Opaqus
Projector)
5. Mikrofis
6. Film
7. Film Gelang
8. Televisi
D. Manfaat Penggunaan Media dalam
Konseling
Tidak
dapat disangkal bahwa saat ini kita hidup dalam dunia teknologi. Hampir seluruh
sisi kehidupan kita bergantung pada kecanggihan teknologi, terutama teknologi
komunikasi. Bahkan, menurut Pelling (2002) ketergantungan kepada teknologi ini
tidak saja di kantor, tetap sampai di rumah-rumah.
Konseling
sebagai usaha bantuan kepada siswa, saat ini telah mengalami
perubahan-perubahan yang sangat cepat. Perubahan ini dapat ditemukan pada
bagaimana teori-teori konseling muncul sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau
bagaimana media teknologi bersinggungan dengan konseling. Media dalam konseling
antara lain adalah komputer dan perangkat audio visual.
Komputer
merupakan salah satu media yang dapat dipergunakan oleh konselor dalam proses
konseling. Pelling (2002) menyatakan bahwa penggunaan komputer (internet) dapat
dipergunakan untuk membantu siswa dalam proses pilihan karir sampai pada tahap
pengambilan keputusan pilihan karir. Hal ini sangat memungkinkan, karena dengan
membuka internet, maka siswa akan dapat melihat banyak informasi atau data yang
dibutuhkan untuk menentukan pilihan studi lanjut atau pilihan karirnya.
Data-data
yang didapat melalui internet, dapat dianggap sebagai data yang dapat
dipertanggungjawabkan dan masuk akal (Pearson, dalam Pelling 2002; Hohenshill,
2000). Data atau informasi yang didapat melalui internet adalah data-data yang
sudah memiliki tingkat validitas tinggi. Hal ini sangat beralasan, karena data
yang ada di internet dapat dibaca oleh semua orang di muka bumi. Sehingga kecil
kemungkinan jika data yang dimasukkan berupa data-data sampah.
Sebagai
contoh, saat ini dapat kita lihat di internet tentang profil sebuah perguruan
tinggi. Bahkan, informasi yang didapat tidak sebatas pada perguruan tinggi
saja, tetapi bisa sampai masing-masing program studi dan bahkan sampai pada
kurikulum yang dipergunakan oleh masing-masing program studi. Data-data yang
didapat oleh siswa pada akhirnya menjadi suatu dasar pilihan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Tentu saja, pendampingan konselor sekolah dalam hal ini
sangat diperlukan.
Sampsons
(2000) mengungkapkan bahwa fasilitas di internet dapat dapat dipergunakan untuk
melakukan testing bagi siswa. Tentu saja hal ini harus didasari pada kebutuhan
siswa. Penggunaan komputer di kelas sebagai media bimbingan dan konseling akan
memiliki beberapa keuntungan seperti yang dinyatakan oleh Baggerly sebagai
berikut:
1. Akan
meningkatkan kreativitas, meningkatkan keingintahuan dan memberikan variasi
2. pengajaran,
sehingga kelas akan menjadi lebih menarik;
3. Akan
meningkatkan kunjungan ke web site, terutama yang berhubungan dengan kebutuhan
siswa;
4. Konselor
akan memiliki pandangan yang baik dan bijaksana terhadap materi yang diberikan;
5. Akan
memunculkan respon yang positif terhadap penggunaan email;
6. Tidak
akan memunculkan kebosanan;
7. Dapat
ditemukan silabus, kurikulum dan lain sebagainya melalui website; dan
8. Terdapat
pengaturan yang baik
Selain
penggunaan internet seperti yang telah diuraikan di atas, dapat dipergunakan
pula software seperti microsoft power point. Software ini dapat membantu
konselor dalam menyambaikan bahan bimbingan secara lebih interaktif. Konselor
dituntut untuk dapat menyajikan bahan layanan dengan mempergunakan imajinasinya
agar bahan layanannya
tidak
membosankan.
Program
software power point memberikan kesempatan bagi konselor untuk memberikan
sentuhan-sentuhan seni dalam bahan layanan informasi. Melalui program ini, yang
ditayangkan tidak saja berupa tulisan-tulisan yang mungkin sangat membosankan,
tetapi dapat juga ditampilkan gambar-gambar dan suara-suara yang menarik yang
tersedia dalam program power point. Melalui fasilitas ini, konselor dapat pula
memasukkan gambar-gambar di luar fasilitas power point, sehingga sasaran yang
akan dicapai menjadi lebih optimal.
Gambar-gambar
yang disajikan melalui program power point tidak statis seperti yang terdapat
pada Over Head Projector (OHP). Konselor dapat memasukkan gambar-gambar yang
bergerak, bahkan konselor bisa melakukan insert gambar-gambar yang ada di
sebuah film.
Media
lain yang dapat dipergunakan dalam proses bimbingan dan konseling di kelas
antara lain adalah VCD/DVD player. Peralatan ini seringkali dipergunakan oleh
konselor untuk menunjukkan perilaku-perilaku tertentu. Perilaku-perilaku yang
tampak pada tayangan tersebut dipergunakan oleh konselor untuk merubah perilaku
klien yang tidak diinginkan (Alssid & Hitchinson, 1977; Ivey, 1971, dalam
Baggerly 2002). Dalam proses pendidikan konselor pun, penggunaan video modeling
ini juga dipergunakan untuk meningkatkan keterampilan dan prinsip konseling
yang akan dikembangkan bagi calon konselor (Koch & Dollarhide, 2000, dalam
Baggerly, 2002).
Sebelum
VCD/DVD player ini ditayangkan, seorang konselor sebaiknya memberikan arahan
terlebih dahulu kepada siswa tentang alasan ditayangkannya sebuah film. Hal ini
sangat penting, sebab dengan memiliki gambaran dan tujuan film tersebut
ditayangkan, maka siswa akan memiliki kerangka berpikir yang sama. Setelah film
selesai ditayangkan, maka konselor meminta siswa untuk memberikan tanggapan
terhadap apa yang telah mereka lihat. Tanggapan-tanggapan ini pada akhirnya
akan mempengaruhi bagaimana klien berpikir dan bersikap, yang kemudian diharapkan
akan dapat merubah perilaku klien atau siswa.
E. Kerugian Penggunaan Media dalam
Konseling
Pelling
(2002) menyatakan bahwa, walaupun saat ini masyarakat sangat tergantung pada
teknologi, tetapi di lain pihak, masih banyak diantara kita yang mengalami
ketakutan untuk mempergunakan teknologi.
Tidak
dapat dipungkiri bahwa sebagian besar masyarakat kita masih percaya bahwa
pernyataan-pernyataan yang diberikan oleh orang tua atau orang yang dituakan
masih dianggap lebih baik. Hal ini tidak lepas dari budaya paternalistik yang
melingkupi masyarakat kita.
Sebaik
apapun teknologi yang berkembang, tetapi jika pola pikir masyarakat masih
terkungkung dengan nilai-nilai yang diyakini benar, maka data atau informasi
yang didapat seakan-akan menjadi tidak berguna. Sebagai contoh, seorang siswa
akan memilih jurusan di perguruan tinggi. Mungkin mereka akan mencari informasi
sebanyak mungkin, dan konselor akan memfasilitasi keinginan mereka. Tetapi,
pada saat mereka dihadapkan untuk menentukan dan memilih jurusan yang akan
diambil, maka tidak jarang dari mereka akan berkata, “Saya senang dengan
jurusan A, tetapi nanti tergantung pada orang tua saya”.
Contoh
lain, saat ini perkembangan teknologi sudah berkembang dengan demikian pesat.
Tiap manusia dapat berkomunikasi tanpa dibatasi rentang ruang dan waktu. Tetapi
dalam budaya tertentu, alat komunikasi ini bisa menjadi “tidak bermanfaat”.
Restu orang tua merupakan hal yang dianggap sakral oleh sebagian budaya
tertentu, bahkan meminta restu ini akan lebih afdol jika dilakukan dengan
melakukan sungkem. Untuk menunjukkan perilaku ini, maka seringkali mereka
melupakan kecanggihan piranti komunikasi yang sudah canggih, walau jarak yang
ditempuh untuk mendatangi orang tua relatif jauh.
Hal
lain yang terkait dengan penggunaan media dalam bimbingan dan konseling adalah
sasaran pengguna seringkali disamakan. Walaupun ragam media sudah
bermacam-macam, tetapi media ini seringkali masih belum bisa menyentuh sisi
afektif seseorang. Dalam bimbingan dan konseling dikenal istilah empati. Penggunaan
media, seringkali pula akan “menghilangkan” empati konselor, jika konselor
mempergunakan media sebagai alat bantu utama.
Klien
datang ke ruang konseling tidak selalu membutuhkan informasi dari internet atau
komputer, bahkan ada kemungkinan klien atau siswa datang ke ruang konseling
juga tidak membutuhkan bantuan dari konselor secara langsung melalui proses
konseling. Tetapi adakalanya, siswa atau klien datang ke ruang konseling hanya
ingin mendapatkan senyuman dari konselor atau penerimaan tanpa syarat dari
konselor.
Sebagai
benda mati, peralatan teknologi yang ada saat ini hanya bisa bermanfaat jika
dimanfaatkan oleh mereka yang memahami penggunaan masing-masing alat tersebut.
Artinya penggunaan teknologi ini akan memunculkan efek yang baik jika dijalankan
oleh mereka yang paham peralatan tersebut. Sebaliknya, peralatan ini akan
memberikan dampak negatif jika pelaksananya tidak memahami dampak yang akan
ditimbulkan. Banyak contoh kasus dampak negatif penyalahgunaan teknologi
informasi seperti beredarnya rekaman video porno di ponsel, beredarnya video
porno bajakan yang dilakukan oleh anak negeri dan lain sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar